Halusinasi
akibat ergot banyak terjadi di Eropa pada abad pertengahan. Itu tak
lain karena masyarakat kebanyakan hanya bisa mengkonsumsi biji gandum
yang terkontaminasi, sementara gandum bersih disimpan hanya untuk
bangsawan. Maka, tanpa pengalaman atau ilmu sihir, bila memakan
biji-bijian itu orang bisa merasa jadi katak atau serigala.
Satu
kisah tragis terjadi tahun 1951 di Pont St Esprit di Rhone Valley,
dengan korban keracunan ergot +300 orang. Lima orang mati, sedangkan
kebanyakan cacat seumur hidup. Mereka yang cacat mengaku, telah
mengalami halusinasi mengerikan. Ada pria yang merasa seolah-olah
otaknya dilahap segerombolan ular merah. Ada pula yang sanggup
membebaskan diri dari jaket pengikat orang gila sampai 7x, rontok
giginya karena menggigit putus tali pengikat dari kulit yang
membelenggunya, dan mampu membengkokkan dua batang teralis besi di
jendela rumah sakit! Alasannya, pria itu merasa dikejar-kejar harimau.
Pendapat
lain menduga manusia serigala adalah akibat persepsi keliru terhadap
penyakit keturunan congenital porphyria. Menurut dr. Lee Illis dari Guy
Hospital, London, pengidapnya amat tak tahan terhadap cahaya (karena
itu mereka hanya bisa keluar malam hari), giginya berwarna merah atau
coklat kemerahan, dan menunjukkan gejala gangguan jiwa (dari histeris
ringan hingga depresi maniak). Borok lambat laun mengubah bentuk tangan
mereka menjadi serupa cakar.
Namun,
pendapat ini disanggah cendekiawan Almotarus, yang menjelaskan manusia
serigala dalam bentuk manusia memiliki ciri khusus berupa mata cekung
dan kering, serta kulit pucat. Selain itu luka pada kulit penderita
jauh berbeda dengan kulit serigala.
Roh jahat dalam perjalanan astral
Pemahaman
terhadap manusia serigala memasuki era baru menyusul keputusan
terhadap Jean Grenier. Hakim-hakim di masa itu tidak mungkin lagi
mengabaikan “koor” pendapat para dokter, yang yakin manusia serigala
sebenarnya adalah penderita berbagai jenis dan tingkatan gangguan jiwa.
Meski dokter Alfonso Ponce de Santa dari Spanyol masih menyebutnya
sebagai gejala kemurungan jiwa akibat cairan tertentu yang dihasilkan
empedu, yang diduganya telah menyerang otak.
Maka dibedakan antara makhluk mitos manusia serigala dan penderita kejiwaan (lycanthrope).
Lycanthropy
berakar dari kata Yunani lycos artinya serigala dan anthropos atau
manusia. Meski ada yang menyebut secara berbeda. Robert Burton dalam
buku pengobatan klasik The Anatomy of Melancholy (1621) misalnya,
menggunakan istilah kegilaan terhadap serigala.
Mula-mula
lycanthrope dipakai untuk menggambarkan fenomena kuno berupa kemampuan
orang bermetamorfosis jadi binatang. Namun lama-lama istilah itu
diaplikasikan khusus untuk orang yang di alam subnormal yakin mampu
berubah bentuk. Keyakinan itu dikuatkan dengan dorongan bersikap sadis
dan obsesi terhadap darah dan daging yang terus bertahan dari waktu ke
waktu di berbagai tempat – bahkan di negara beradab. Selera terhadap
daging manusia itulah yang mengubah manusia menjadi monster. Namun
secara nyata penderita lycanthrope tidak pernah berubah bentuk, suara,
dan perilaku menjadi serigala.
Mengenai
penampilannya yang tetap manusia, pada abad XV – XVI penderita
lycanthrope berkilah, bahwa bulu-bulu mereka tumbuh di bawah kulit.
Seperti yang terjadi di Padua, Spanyol, tahun 1541, ketika seorang
petani dengan keji membunuh dan mengoyak-ngoyak tubuh beberapa orang
korbannya. Saat tertangkap, ia mengaku sebagai serigala meski secara
fisik tidak berujud binatang. Itu tak lain karena bulu-bulunya
tersembunyi di bawah, bukan di atas, kulit. Untuk membuktikan ucapannya,
penduduk segera memotong lengan dan kakinya. Alhasil, kecewa yang
didapat, yang ada cuma darah, otot, dan tulang biasa.
Malah
dalam buku klasik tentang sadisme, masokisme, dan lycanthropy Man into
Wolf, antropolog Inggris Dr. Robert Eisler menyebut kemungkinan Adolf
Hitler sebagai penderita lycanthropy. Ia merujuk pada kesaksian
bagaimana sang Fuhrer memiliki kebiasaan menggigit karpet saat mengamuk.
Sedangkan
manusia serigala adalah orang yang dengan kekuatan sihir atau mantera
khusus dipercaya mampu mengubah diri menjadi serigala. Ia benar-benar
serupa serigala baik keganasan, kekuatan, kelicikan, dan kecepatan
larinya. Ia bisa bertahan dalam kondisi itu selama beberapa jam saja
atau bahkan permanen.
Pendapat
yang menguatkan keberadaan manusia serigala didukung oleh spiritualis
Rose Gladden dengan dasar pemikiran perjalanan astral. “Katakanlah ada
orang yang pada dasarnya jahat, suka dengan hal-hal yang mengerikan.
Saat ia melakukan perjalanan astral, roh jahat yang banyak berkeliaran
bebas di udara akan menangkap, mengubahnya menjadi serigala atau
binatang lainnya, dan memanfaatkannya untuk tujuan keji.”
Werewolf syndrome
Werewolf
syndrome atau Hipertrikosis menggambarkan pertumbuhan rambut di tubuh
dalam jumlah yang dianggap abnormal, kasus ekstensif hipertrikosis
telah informal telah disebut sindrom manusia serigala (werewolf). Ada
dua jenis yang berbeda hipertrikosis yaitu hipertrikosis umum yang
terjadi di seluruh tubuh dan hipertrikosis lokal yang terbatas pada
wilayah tertentu.
Werewolf syndrome ini bisa terjadi karena mutasi genetik atau karena efek samping dari mengkonsumsi obat-obatan.
Ciri
utama dari segala bentuk werewolf syndrome atau hipertrikosis adalah
rambut kelebihan. Hipertrikosis umum terjadi pertumbuhan rambut secara
abnormal di seluruh tubuh. Hipertrikosis lokal terjadi pertumbuhan
rambut secara abnormal di bagian tertentu saja.
Karena
penyakit ini menyebabakan tumbuhnya rambut hampir diseluruh tubuh bak
werewolf (manusia serigala) maka penyakit ini dinamakan werewolf
syndrom. (tapi tanpa gigi dan kuku yang tajam tentunya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar